Rabu, 16 Februari 2011

People at Beijing



Masyarakat China adalah masyarakat pekerja keras. Dari anak kecil hingga manula. Beijing sebagai kota pemerintahan, penduduknya melakukan aktivitas ekonomi sebagai karyawan perkantoran. Sebagian yang lain adalah berdagang, memenuhi sektor pariwisata, dan petugas kebersihan fasilitas publik. Mereka adalah bangsa yang aktif dan produktif. Di pagi hari terlihat banyak kaum manula yang berolahraga dan bersepeda. Saya tidak banyak menemui pelajar saat itu.

Masyarakat China adalah orang-orang yang sangat mencintai kebudayaan leluhur. Terbukti dari cara mereka bertahan hidup, alat transportasi penunjang, kebiasaan sehari-hari, makanan yang dikonsumsi, hingga seni pertunjukkan yang mereka nikmati. Mereka adalah masyarakat yang sangat menyukai keanekaragaman kuliner. Mulai dari kudapan hingga main course yang beragam.

Di musim winter, aktivitas di luar rumah tidak terlalu ramai., terlebih di malam hari. Namun saya sempat terkejut ketia di malam itu, sekitar pukul 21.00, di saat suhu mencapai minus 5 derajat celcius...masih saja ada yang melakukan yoga di taman kota. Hehehhe....

The Forbidden City (Gugong)

Forbidden City.
Adalah imperial palace terbesar di dunia yang terletak di pusat kota Beijing. Kompleks istana dengan luas 720.000m2, dilengkapi oleh 980 bangunan dan lebih dari 8000 ruangan. Dibangun pada masa dinasti Ming sampai ke akhir periode dinasti Qing selama kurang lebih 12 tahun.

Menyusuri kompleks Forbidden City tidaklah mudah, karena kompleks ini begitu luas dan banyak sudut-sudut alley yang harus ditelusuri. Terkadang para turis lebih senang menelusuri jalur lurus saja. Padahal kalau kita mau menelisik sedikit ke gang-gang kecil di sayap kanan dan kiri bangunan-bangunan utama, akan kita temui beberapa mini museum yang sangat unik dan terlihat kuno.

Sore itu, kompleks Forbidden City terlihat sangat ramai, karena weekend. Sebagian besar turis yang datang adalah yang datang dari luar Beijing. Bahkan luar China. Turis Eropa banyak terlihat. Mereka sangat menyukai kebudayaan dan sejarah China. Namun, gerbang utama di tengah, tepat di bawah lukisan besar Chairman Mau Zedong saat itu ditutup untuk publik, sehingga pengunjung hanya bisa melewati gerbang dan lorong samping.

Forbidden City sangat terjaga kerapihan dan kebersihannya. Walau banyak yang berjualan dan membagikan brosur travel di area plaza tengah, namun masyarakatnya sadar akan kebersihan. Sebagai salah satu palace terbesar di dunia, buat saya Forbidden City adalah spot paling luar biasa dan bersejarah sepanjang masa.

Beijing, The Downtown


Tidak seperti ibukota di berbagai negara berkembang, Beijing adalah negara maju yang masyarakatnya sudah sadar akan kebersihan dan ketertiban. Walau masih banyak ditemukan public service, terutama toilet umum, yang terlihat jorok dan kotor, namun setiap sudut di jalan raya dan bangunan-bangunan memang sangat bersih dan tertata dengan rapi. Tata kota yang terbagi atas beberapa distrik membuat Beijing menjadi pusat kota yang mudah dimengerti untuk banyak traveler dari luar negeri.

Fasilitas transportasi yang bersih dan memadai adalah sebuah kebijaksanaan pemerintah Beijing untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Di Dhongcheng District tempat saya menetap banyak ditemukan penduduk yang melakukan mobilitas dengan sepeda. Ya, masyarakat China senang sekali bersepeda, sehingga tidak perlu takut walaupun harus bersaing dengan kendaraan bermotor di jalan raya.

Walaupun pusat kota Beijing adalah kota yang modern, namun daerah rural masih banyak terlihat. Walau bukan daerah slum yang kotor, daerah rural yang erlihat tradisional dengan bangunan khas China tetap tertata rapi. Gang-gang kecil banyak terdapat di sela-sela gedung-gedung perkantoran dan di sekitar area pariwisata. Tempat ibadat berupa vihara, klenteng, gereja, bahkan masjid tetap terjaga keutuhan bangunannya. Secara umum, Beijing adalah kota modern dengan percampuran budaya dan kebiasaan lama yang harmonis dan tertata rapi.

Selasa, 15 Februari 2011

Winter in Beijing


November, 2010
Setelah menunggu dan hunting ticket pesawat di sebuah travel fair, akhirnya saya berhasil berangkat ke negeri China. Negeri dengan populasi manusia terbesar di dunia. Negara maju yang kaya akan budaya. Negara paling saya kagumi di dunia. Tujuan saya adalah ke Beijing, the capital city of China. Kenapa Beijing? Kenapa bukan Shanghai atau Hongkong? Saya menyukai budaya, di Beijing saya yakin bisa menemukan apa yang saya cari dalam misi traveling kali ini; bertemu orang penduduk lokal, menikmati makanan tradisional, melihat peradaban, mempelajari kebudayaan dan sejarah, melihat bukti otentik dari sejarah itu sendiri.

Saat itu musim dingin. Ketika saya mendarat di Peking International Airport, suhu berkisar 5 derajat celcius. Buat saya yang berasal dari negara tropis, suhu sedingin itu sangat menyiksa. Beradaptasi dengan paksa membuat kulit dan pernapasan terganggu. Naik dengan taxi dengan penghangat udara rasanya sedikit aneh, terasa agak pengap di dalam. Namun, itu terobati ketika saya melihat Beijing's downtown dari atas jalan layang. Oh my...ternyata Beijing jauh dari perkiraan saya. Beijing adalah kota yang sangat bersih, maju, modern, memiliki tata kota yang sangat rapi dan bersih. Beberapa sudut di public area atau public service memang terlihat jorok, namun budaya tertib sudah tercermin dari perilaku penduduknya sehari-hari.

Saat malam hari, suhu di Beijing bisa mencapai -5 derajat celcius atau lebih pada bulan itu. Dan sama seperti kota besar lainnya, Beijing tetap bergeliat. Kegiatan perdagangan di pinggir jalan berganti dengan jajaran makanan yang melimpah. Rakyat China sangat mencintai dunia kuliner. Terlihat dari sangat beragamnya pilihan makanan yang tertata rapi, dari mulai pinggir jalan, supermarket, atau kedai dan restoran. Karena saat itu musim dingin, makanan yang dijual rata-rata adalah makanan panas yang fresh diolah ketika dipesan oleh pelanggan.

Beijing memang penuh pesona. Budaya dan peradaban modern berbaur. Keindahan alam dan keindahan budaya manusia sangat harmonis. That's why i love this city so much :)